Thursday, February 26, 2004

From: "sonydebono"
Date: Fri Feb 20, 2004 1:20 pm
Subject: Re: Sajak Yang Baik Tidak Membutuhkan Pembelaan, Begitukah???


Begitukah ?

Bahwa seorang penyair akan mati setelah karyanya dirilis bisa jadi
benar tapi apakah dia tidak bisa menjelma menjadi seorang `pembaca'
atas karyanya,
Bahwa ketika dia melancarkan otokritik terhadap karyanya adalah
karena dia berada diwilayah pembaca dan bukan penulis karenanya
tafsir atas seni akan menjadi relatif dan bukan mutlak berbau
pembelaan.

Bahwa sebuah karya akan otonom adalah kemutlakan dan dengan begitu
apa yang menjadi opini penulis adalah bisa dilihat sebagai opini
seorang pembaca saja; karena bisa jadi sebuah karya adalah lahir
sebagai hasil kerja sub-concious
Dimana tak disadarinya sampai dia menjadi seorang pembaca atas
karyanya sendiri, dan tentunya segala aktifitas otokritik penulis
terhadap karyanya adalah sangat subyektif dan belum tentu essensi
bagi karya itu sendiri.

Bahwa karya bermutu tak perlu menjelaskan dirinnya adalah sangat
mungkin Sebagai contoh La Jaconde, oleh Leonardo Da Vinci bisa
bertahan dan membuktikan dirinya atas kritik bahwa dia adalah karya
dengan senyum misterius yang bahkan mungkin tidak disadari oleh
Leonardo Da Vinci itu sendiri, begitupula kritik oleh Freud juga
hanya memberi sudut pandang yang juga sangat obyektif, lalu apakah
polemik akan menjadi pudar dan menjadi pembelaan bila Leonardo
mengkritisi sendiri karya-nya, yang tentunya karya adalah perspektif
itu saja setelahnya terserah anda (anda disini termasuk penulisnya).

Bukanlah hal haram bagi penulis untuk mengkritisi karyanya sendiri
Namanya juga apresiasi yang kejam dan kanibal semua boleh bersuara,
dengan sendirinya karya itu akan bersifat estetis egaliter, tidak ada
beda penulis dan pembaca atas apresiasi karya sastra. Dan hal ini
tidak otomatis implikatif merusak sajak yang baik menjadi buruk,
sajak yang baik tetap sajak yang baik.

Bono




Tanggapan Titon:
terimakasih atas tanggapan Bang Sony, dan saya pikir banyak
kesepahaman kita tentang masalah ini, juga soal otokritik itu;
bagaimana pun persepsi penyair atas karyannya dan peran dia setelah
menjelma jadi 'pembaca' begitu karya itu dipublikasikan akan selalu
di'curigai'sebagai sebuah 'kecenderungan keberpihakan', semata-mata
karena sifat subyektif dari interpretasinya. Apakah si penyair
sanggup melepas kacamata subyektifnya barangkali itu yang akan
menjadi sebuah pertanyaan dan publik yang demikian majemuk selalu
dipenuhi dengan kecurigaan-kecurigaan semacam itu, karena itu saya
cenderung setuju pada konvensi untuk sejauh mungkin
menghindari 'pembelaan' atas karya sendiri sekali pun sebenarnya
otokritik bisa muncul untuk menghujat karya sendiri, namun toh pada
kenyataannya yang semacam ini hampir-hampir tidak pernah kita
temukan. Dan selanjutnya biarkan karya-karya itu membela dirinya
sendiri karena saya juga yakin bahwa karya yang baik adalah tetap
merupakan karya yang baik betapa pun langit rubuh, dan kita tak
sanggup lagi berkata-kata. terimakasih

titon @ Thursday, February 26, 2004

From: entahlah e n t a h
Date: Sun Feb 22, 2004 11:48 pm
Subject: Re: [Penyair] Kitsch, Karya Sastra Tanpa Nilai Sastra

Ini cuma sebuah kitsch yang tentu saja bukan bertujuan untuk menyampaikan,

menanggapi atau menimbulkan apapun (apalagi menggerakkan jiwa). Tanpa tujuan,

sesuai kodratnya.


SEBUAH KITSCH UNTUK TITON
: )

Dia datang. Bilang,

Ini ada beberapa entah apa yang dibuat hanya untuk ada, ingin ada.

Hanya kata-kata, yang beberapa, karena takut dosa, tak berani aku

membebaninya dengan makna.

Itu saja. Maaf, kalau tak indah. Nyaris sampah.

Atau sudah? Sudahlah.

Lalu kamu,

Dosa apa? Lagipula, tidakkah kau lupa akan sperma-spermanya

yang membuahi sel rasa? Mengapa kau hianati dia?

Lagipula, tidakkah kau lihat di depan? Sudah penuh sampai rubuh

keranjang.

Lagi dia bilang,

Dosa ... dada.

Ini juga rasa, jadi rasa, bisa, ...rasanya ...

Keranjang? Iya ... rubuh ...

Lagi kamu,

Seperti sudahmu, sudahlah

Aku mendengar di balik pintu, di ruang tamu. Sampai kemudian kusadari

ada racun di teh yang kuminum

tadi



02/2004

titon @ Thursday, February 26, 2004